Connect with us

Blog

Termurah se-Indonesia, Ini 5 Fakta Mobil Wuling Air ev!

Bacaan 3 menit

Wuling Air ev

Mobil listrik mana lagi yang udah kejual 11.000+ unit di pasar ev Indonesia? Satu-satunya, ya Wuling Air ev ini. Bodinya kecil mungil, cocok buat cewek-cewek yang mau tampil feminim. Dibalik bodi mobil yang cewek-able, ternyata mobil satu ini punya beberapa fakta menarik yang mungkin belum kamu ketahui. 

Biar gak penasaran, langsung aja kita cari tau 5 fakta menarik dari Air Ev ini! 

Charging Wuling Air ev
slot usb Wuling Air ev
eksterior Wuling Air ev
interior Wuling Air ev
dashbord Wuling Air ev

Desain mobil futuristik

Wuling terus berinovasi membangun mobil Global Small Electric Vehicle (GSEV) atau mobil listrik yang bentuknya kecil. Salah satunya ya Wuling Air EV yang desainnya futuristik dan terkesan elegan. 

Mobil 4 seater ini punya 6 pilihan warna, Atlantis Blue, Avocado Green, Bandung Blue, British Green, Carnelian Red, dan Pristine White. Mobil ini juga udah punya konsol tengah dan beberapa tombol otomatis. 

Varian

Kamu tau belum kalo Wuling Air EV punya 3 tipe berbeda? Tipe pertama Air ev Long Range yang punya fitur tambahan wide screen, smart start system, center console, waterproof baterai, easy home charging, dan 2 air bags. 

Tipe kedua, Air ev Standar Range. Mobil ini punya waterproof baterai, easy home charging, 2 air bags. Sedangkan tipe ketiga, Air ev Lite cuma punya 1 airbag dan easy home charging aja.

Simple charging

Percaya atau gak, keamanan baterai Air ev udah ngelewatin 41 hasil uji baterai yang lolos standar industri. Kapan pun kamu butuh, tinggal change di rumah atau SPKLU aja. Kamu gak butuh waktu lama-lama buat ngecharge, kok. Sekali ngecharge cuma butuh waktu 8,5-11 jam (20-100%) dengan minimal daya 2,2 kW. 

Seberapa awet sih baterai Wuling Air ev? Untuk tipe Long Range, sekali ngecharge bisa nempuh 300 km, sedangkan Standar Range dan Lite bisa nempuh jarak 200 km. Kurang lebih bisa PP Jakarta ke Bandung, deh!

Punya colokan rahasia

Kamu pasti gak nyangka kalo Wuling Air ev sempet-sempetnya mikir colokan rahasia. Yup, bener banget. Di bawah spion kaca tengah ada colokan USB yang bisa kamu manfaatin buat pasang kamera depan atau dashcam kalo ngerekam perjalanan. Adanya colokan kayak gini gak bikin kabel terurai panjang kan? 

Harga Wuling Air ev ekonomis

Menurut kamu berapa harga yang cocok buat mobil listrik futuristik? Dilansir dari laman Wuling.id, harga promo Air ev-Lite Rp 190 juta, Air ev- Standar Range Rp 224 juta, Air ev- Long Range Rp 275 juta. Masih aman di kantong kan? 

Kalo kamu mau tau lebih lanjut review lebih lanjut tentang mobil Air ev, langsung cek di Youtube Halotomotif aja. Mimin cantumin di bawah ini videonya! 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Blog

Stargazer Cartenz, Partner Nyetir Santai Saat Macet

Bacaan 3 menit

Hyundai Stargazer Cartenz bisa jadi partner yang pas buat kamu yang mau liburan jarak jauh.

Perjalanan jauh saat libur panjang memang sering jadi cerita klasik para pengemudi. Jalan padat, macet berjam-jam, ditambah kondisi lalu lintas yang kadang susah ditebak, bikin badan dan pikiran cepat capek.

Situasi kayak gini hampir selalu keulang setiap musim liburan di Indonesia, entah itu saat akhir pekan panjang atau momen pergantian tahun.

Bukan cuma soal fokus yang terkuras, rasa capek juga pelan-pelan muncul selama di balik kemudi.

Hyundai bahkan mencatat, 89,1 persen responden pernah merasakan perjalanan jarak jauh atau terjebak lalu lintas padat. Efeknya beragam, mulai dari ngantuk (38,2 persen), kaki pegal karena sering main pedal (30,9 persen), sampai stres harus terus jaga jarak aman dengan kendaraan di depan (18,2 persen).

Fakta ini jadi pengingat kalau kenyamanan dan dukungan untuk pengemudi itu penting banget, apalagi buat mobil keluarga.

Menjawab kebutuhan itu, PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) menghadirkan Stargazer Cartenz dan Stargazer Cartenz X sebagai pilihan mobil keluarga yang relevan, khususnya di momen akhir tahun yang identik dengan aktivitas perjalanan jarak jauh.

Kedua model ini dirancang buat menemani mobilitas keluarga Indonesia, baik buat rutinitas harian sampai road trip bareng orang tersayang.

Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto, bilang kalau Stargazer Cartenz dan Cartenz X dikembangkan dengan mempertimbangkan karakter konsumen serta kondisi jalan di Tanah Air.

“Perpaduan desain modern, fitur fungsional, dan kenyamanan berkendara membuat kedua model ini mampu menjawab kebutuhan mobilitas keluarga Indonesia secara menyeluruh,” kata Frans.

Lalu, apa saja yang bikin Stargazer Cartenz dan Cartenz X cocok buat menghadapi tantangan perjalanan jauh?

Salah satu andalannya ada di Hyundai SmartSense, rangkaian fitur keselamatan aktif yang dirancang untuk membantu pengemudi tetap nyaman dan percaya diri di berbagai kondisi jalan.

Fitur unggulannya adalah Smart Cruise Control with Stop & Go, yang sangat terasa manfaatnya saat macet panjang.

Fitur ini bisa mengatur kecepatan sekaligus menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan secara otomatis, tanpa harus terus-terusan injak pedal gas. Hasilnya, kaki gak cepat pegal, pengemudi lebih rileks, dan rasa kantuk bisa ditekan saat perjalanan jauh.

Selain itu, ada juga Lane Keeping Assist (LKA) dan Lane Following Assist (LFA) yang membantu mobil tetap berada di jalurnya lewat koreksi setir. Ditambah lagi Driver Attention Warning, fitur yang bisa mendeteksi penurunan kewaspadaan pengemudi.

Kalau sistem membaca tanda-tanda kelelahan, peringatan visual dan suara akan muncul sebagai pengingat untuk beristirahat.

Masih soal keselamatan, Stargazer Cartenz dan Cartenz X juga dibekali fitur lain kayak Surround View Monitor, tampilan 360 derajat untuk memudahkan manuver. Blind-Spot View Monitor, memantau titik buta lewat layar digital. Sampai Front and Rear Parking Distance Warning, memberi peringatan saat parkir di area sempit.

Buat pemiliknya, ini jadi waktu yang pas buat mulai memaksimalkan semua fitur tersebut. Sementara bagi yang masih cari mobil keluarga baru, Stargazer Cartenz dan Cartenz X layak masuk daftar pertimbangan buat 2026.

Soal kenyamanan modern, Hyundai juga menyematkan Bluelink. Lewat fitur Remote Start & Stop Climate Control, Remote Engine Start/Stop, dan Find My Car, pengguna bisa menyalakan AC dari jarak jauh, mengunci atau membuka pintu lewat ponsel, sampai mencari posisi mobil di area parkir. Bahkan ada fitur keamanan Stolen Vehicle Notification, Tracking, and Immobilization untuk melacak dan melumpuhkan kendaraan jika terjadi pencurian.

Dari sisi kepraktisan, Stargazer Cartenz X dilengkapi roof rail yang siap dipasangi roof box. Kapasitas angkutnya sampai 100 kg, cocok buat mudik atau liburan keluarga. Built-in Navigation juga bikin perjalanan makin praktis karena bisa digunakan tanpa koneksi internet.

Urusan bantingan jalan pun gak luput dari perhatian. Suspensinya dirancang supaya tetap nyaman saat melewati jalan berlubang atau permukaan yang gak rata, khas rute perjalanan di Indonesia.

Masuk ke kabin, ruang interior terasa lega. Opsi captain seat, leg room luas di baris kedua dan ketiga, bikin duduk lama saat macet tetap nyaman. Bagasinya juga fleksibel, mulai dari 185 liter hingga 585 liter saat kursi baris ketiga dilipat. Mau belanja bulanan atau bawa koper liburan, semua masih masuk akal.

Terakhir, Hyundai juga memberikan dukungan aftersales lewat myHyundai Care. Mulai dari garansi, jaringan dealer luas, ketersediaan suku cadang, hingga jaminan nilai jual kembali. Jadi, urusan punya mobil Hyundai bisa lebih tenang dari awal sampai nanti ganti mobil baru.

Continue Reading

Blog

Rambu Petunjuk Jalan Tol Hijau dan Biru, Apa Bedanya?

Bacaan 2 menit

Kalau kamu sering road trip atau rutin bolak-balik lewat jalan tol, pasti sudah akrab dengan papan petunjuk jalan yang gede-gede itu. Ada yang berwarna hijau, ada juga yang biru. Sekilas mirip, sama-sama tulisannya putih, sama-sama nunjukin arah. Tapi jangan salah, fungsinya beda.

Di jalan Indonesia, ada dua warna latar rambu penunjuk arah yang paling sering ditemui, yaitu hijau dan biru. Meski sama-sama berisi informasi tujuan atau lokasi, warna latar ini punya arti khusus yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas.

Jadi, pemilihan warna rambu itu bukan sekadar biar kelihatan kontras atau gampang dibaca, tapi memang dibuat supaya pengemudi lebih paham aturan dan kondisi jalan yang sedang dilalui.

Rambu Penunjuk Jalan Warna Biru

Rambu dengan latar biru dan tulisan putih masuk kategori rambu perintah. Penjelasannya ada di Pasal 17 aturan tersebut.

Gak cuma itu, di Pasal 20 juga dijelaskan kalau rambu biru dipakai buat banyak hal, mulai dari penunjuk batas wilayah, batas jalan tol, lokasi fasilitas umum, sampai pengaturan lalu lintas tertentu.

Contoh yang sering ditemui di jalan tol misalnya rambu bertuliskan:
“Batas Kecepatan Maksimum 100 km/jam dan Minimum 80 km/jam.”

Kalau sudah ketemu rambu biru seperti ini, artinya nggak bisa ditawar, pengemudi wajib patuh. Termasuk kalau rambu biru nunjukin jalur atau lokasi tertentu, kamu harus tetap di lajur yang diarahkan. Jadi bukan cuma sekadar informasi, tapi memang ada aturan yang harus diikuti.

Rambu Penunjuk Jalan Warna Hijau

Beda cerita kalau ketemu rambu warna hijau. Rambu ini fungsinya lebih santai, sebagai penunjuk arah dan lokasi tujuan. Biasanya banyak dipasang di jalan raya atau jalan tol, terutama saat sudah mendekati kota atau daerah tujuan.

Umumnya, rambu hijau juga dilengkapi keterangan jarak, misalnya, “Bandung 1 Km.”

Artinya simpel, jarak menuju Bandung tinggal satu kilometer lagi. Dengan rambu ini, pengemudi bisa mulai ancang-ancang, mau pindah lajur, siap keluar tol, atau sekadar menyesuaikan kecepatan.

Singkatnya, rambu hijau itu buat ngasih informasi arah, sementara rambu biru adalah perintah yang wajib dipatuhi.

Kelihatannya sepele, tapi kalau paham bedanya, perjalanan bisa lebih aman dan pastinya gak bikin salah ambil jalur di jalan.

Continue Reading

Blog

Kenapa Ban Serep Mobil Ukurannya Dibuat Lebih Kecil?

Bacaan 2 menit

Ban serep sering jadi penghuni tetap bagasi yang jarang diperhatikan. Tapi begitu ban utama bocor dan harus dipakai, ukurannya yang lebih kecil langsung bikin tanda tanya besar “aman gak nih kalau dipakai di jalan?”.

Ban serep dengan ukuran lebih kecil memang sengaja dirancang seperti itu. Di dunia otomotif, jenis ban ini dikenal sebagai space saver. Fungsinya jelas, bukan buat dipakai lama-lama, tapi jadi penolong sementara saat kondisi darurat.

Biar Bagasi Tetap Lega

Alasan paling utama kenapa ban serep dibuat lebih kecil adalah soal efisiensi ruang. Kalau ban serep ukurannya sama dengan ban utama, ruang bagasi bakal banyak terpotong. Dengan ukuran yang lebih ramping, pabrikan bisa menyisakan ruang lebih buat barang bawaan.

Ini terutama terasa di mobil-mobil perkotaan atau LCGC, yang memang mengutamakan kepraktisan.

Bobot Mobil Jadi Lebih Ringan

Ban serep kecil juga membantu mengurangi bobot kendaraan. Jangan salah, satu ban lengkap dengan pelek bisa cukup berat. Kalau bobot ditekan, dampaknya bisa ke konsumsi bahan bakar dan efisiensi secara keseluruhan.

Makanya, ban serep kecil jadi solusi yang masuk akal buat mobil harian.

Bukan untuk Dipakai Jauh-jauh

Perlu dicatat, ban serep kecil bukan untuk pemakaian jangka panjang. Biasanya pabrikan membatasi kecepatan maksimal sekitar 60–80 km per jam dan jarak tempuh tertentu.

Soalnya, tapak ban lebih sempit dan konstruksinya beda. Kalau dipaksa dipakai jauh atau kencang, kenyamanan dan kestabilan mobil bisa berkurang.

Tapi, mobil SUV, MPV besar, atau kendaraan yang sering dipakai ke luar kota biasanya masih dibekali ban serep full size. Alasannya sederhana, kebutuhan medan yang lebih bervariasi dan jarak tempuh lebih jauh. Sementara mobil perkotaan lebih fokus ke kepraktisan, jadi ban serep kecil sudah dianggap cukup.

Tips Pakai Ban Serep

Kalau suatu saat harus pakai ban serep kecil, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, gunakan ban serep hanya untuk keadaan darurat, bukan untuk pemakaian harian.

Kedua, harus perhatikan batas kecepatan dan hindari jalan rusak. Selanjutnya, segera ganti kembali ke ban normal setelah sampai bengkel, dan terakhir pastikan tekanan anginnya selalu sesuai rekomendasi

Kesimpulannya, ban serep kecil itu wajar dan memang dirancang seperti itu. Selama dipakai sesuai fungsinya, gak ada yang perlu dikhawatirkan.

Yang penting, jangan lupa cek kondisi ban serep secara berkala. Percuma ada ban serep kalau pas dibutuhkan malah kempis atau getas.

Continue Reading

Trending